亚洲欧美第一页_禁久久精品乱码_粉嫩av一区二区三区免费野_久草精品视频

? 歡迎來到蟲蟲下載站! | ?? 資源下載 ?? 資源專輯 ?? 關于我們
? 蟲蟲下載站

?? korpus.txt

?? Summerization based on frequent term in cgi.
?? TXT
?? 第 1 頁 / 共 4 頁
字號:
<DOC> 
<DOCNO>kompas010499</DOCNO>
<TITLE>	GERAKAN PERTANIAN ORGANIK Kaki Telanjang Vs Tanduk Kambing </TITLE>
<AUTHOR>   St Sularto 	</AUTHOR>
<DATE>	Kamis, 1 April 1999	</DATE>
<TEXT>

PETANI kaki telanjang, kembali kepada alam, pertanian organik. Paling tidak itu tiga sebutan usaha mengolah tanah yang kurang lebih punya ciri-ciri yang mirip. Yakni: simbol kesatuan petani dengan tanah, ajakan menyelamatkan kerusakan alam dan hilangnya kesuburan tanah, ajakan mengolah tanah tanpa pestisida, pupuk kimia dan zat penyubur tanaman. 

Oleh imbas gerakan reformasi (politik), ajakan itu semakin menggebu dikemukakan. Era kemarin, orde dengan pemerintahan berciri khas penyeragaman dan pemaksaan kehendak dari atas, mengakibatkan petani tidak memiliki dunianya sendiri. Mereka harus menanam jenis tanaman sesuai dengan keinginan pemerintah, bercocok tanam dengan cara-cara yang diinstruksikan pemerintah. Para petani yang tidak taat dikucilkan dengan sebutan, mbalelo, PKI-sebuah cap vonis habis selesai-karena dianggap menghambat pembangunan. 

Karena itu, tidak jarang perlakuan sewenang-wenang sering terjadi. Tanaman padi yang sudah siap dipanen, dibakar karena jenis yang ditanam tidak masuk dalam daftar bibit unggul yang ditetapkan pemerintah. 

Padahal, dalam hal memilih jenis tanaman sesuai dengan jenis tanah, dalam hal mengolah tanah sehingga menghasilkan, yang paling tahu adalah petani. Mereka yang paling tahu apa yang mereka butuhkan. Pemakaian pestisida memang memacu hasil produksi, tetapi sekaligus menghancurkan kesuburan tanah selain dampak buruk lain seperti ketergantungan petani pada pemerintah, atau faktor kesehatan dengan adanya residu bahan kimia dalam tanaman konsumsi. 

Lantas apakah arti reformasi bagi petani? Berani mengusahakan tanah sesuai dengan cara dan keinginan mereka. Mereka dibiarkan mengendalikan harga dan tidak tergantung dari fluktuasi pasar. Mereka yang menentukan harga, juga dalam hal bibit yang dipilih. Petani menjadi mandiri, dalam arti mampu mengorganisir diri. Mereka menjadi organik, justru karena kemampuannya merepresentasikan diri. 

Pertanian organik pun lantas sebagai pilihan, bukan sekadar teknik, beralih dari mengolah tanah yang bersemangat mengeksploitasi tanah sehabis-habisnya kepada cara mengolah tanah sekalian demi kelestariannya. Pertanian organik bukan sekadar alternatif dari sikap rakus mengolah tanah, melainkan cara hidup. Bukan juga antitese dari keinginan memperoleh hasil produksi sebanyak-banyaknya yang disemangati revolusi hijau. 

Revolusi hijau memang sudah divonis sebagai malapetaka. Revolusi hijau telah terbukti sebagai tanduk kambing sekaligus kotak Pandora. Dua simbol dalam mitologi Yunani itu, cornucopia (tanduk kambing) yang mencerminkan melimpahnya pangan dan kotak Pandora yang menyimpan petaka, dipakai oleh seorang penulis ahli ekonomi pertanian AS, Wharton Jr, mengkritik revolusi hijau. 

Dikutip seorang panelis, artikel yang terbit tahun 1969 itu, di tengah sorak-sorai puja-puji keberhasilan revolusi hijau, mengingatkan timbulnya generasi kedua dari isi kotak Pandora. Generasi pertama sudah muncul, yakni kegembiraan orang oleh melimpahnya pangan. Generasi kedua itu di antaranya berupa ledakan hama dan pemasaran hasil produksi yang berlimpah. 

Apa yang diramal Wharton sudah mulai terbukti sejak tahun 70-an. Misalnya, dalam kasus ledakan hama pada tahun 1974-75, Indonesia mengalami serangan hama wereng coklat yang merusak puluhan ribu hektar tanaman padi. Bombardir pemakaian pestisida dan pupuk kimia, menghilangkan kebiasaan petani atau disebut sebagai kearifan lokal, hilang. Pemuliaan tanaman besar-besaran menghasilkan bibit unggul yang memang diarah produksi berumur pendek, sebenarnya rentan hama. Tak lagi masuk dalam pertimbangan, aspek kelestarian kesuburan tanah. 

PETANI kaki telanjang atau usaha pertanian organik hanya salah satu alternatif. Sebagai alternatif, apalagi masih sebagai gerakan, di mana pun tak ada yang besar, belum massal. Menurut pengakuan mereka yang sudah mempraktikkannya, pertanian organik itu usaha mengolah tanah mengandalkan pada pemakaian pupuk kandang, pupuk kompos dan pestisida alami. 
Sementara mengusahakan agroindustri menuntut pemakaian pupuk kimia dalam jumlah besar dan bermacam-macam, harus dalam monokultur dan perhatian rutin. Sebaliknya, dengan jumlah media sawah yang sama, dengan pertanian organik, hasilnya lebih besar, lebih sehat dan tetap memperhatikan kelestarian tanah. 

Dari pengalaman bertani pula, mereka diyakinkan tak mungkin usaha pertanian organik dilakukan seratus persen. Perlu perpaduan antara pemakaian pupuk kimia dan pupuk kompos, antara pupuk pabrik-anorganik dan pupuk organik. Dari segi ilmu tanah pun, pupuk kimia bermanfaat, sehingga yang terpenting adalah bagaimana agar diusahakan semakin kecil pemakaian pupuk dan insekstisida kimiawi. Mesti ada label perbandingan, dan karena itu pula pertanian organik pada saat sekarang adalah gerakan. 

Analogi dengan organ dalam tubuh manusia, setiap anggota diarahkan pada kepentingan dan kesejahteraan seluruh badan. Organisme itu hanya bisa sehat dan kuat kalau setiap organnya melaksanakan kewajiban. Begitu juga setiap organ hanya bisa berfungsi baik kalau seluruh organisme menjaga dan memeliharanya. Setiap badan terorganisasi secara sempurna. Tak mungkin badan mau mengembangkan kepalanya saja agar pandai berpikir, atau hanya tangannya agar pandai mencuri, atau kakinya supaya mampu cepat lari. 

Sikap yang muncul dari kesadaran seperti itu adalah perhatian, tenggang rasa, hormat terhadap semua yang ada. Petani organis melihat bahwa alam sendiri bersifat seperti itu. Tuhan telah mengaturnya, sehingga setiap makhluk bermanfaat bagi makhluk lain. 

Penjelasan itu boleh dikatakan sebagai 'teologi pertanian organis', menyadarkan bahwa mengusahakan pertanian organik dalam kaitan posisinya sebagai kegiatan makhluk ciptaan. Dan rasanya itu pula yang seharusnya menjadi dasar rasionalisasi dan penguatan mereka yang berkecimpung dalam kegiatan pertanian organik. Bahwa organis tak hanya sekadar meninggalkan cara bertani a la modern-konsvensinal yang rakus dengan tujuan utama hasil sebanyak-banyaknya seperti disemangati revolusi hijau. 

AKAN tetapi, gugatan belum selesai, dalam kaitan percepatan pasar bebas ASEAN tahun 2001, tetaplah pertanian dengan organik sekalipun jadi pertimbangan. Di sini soal idealitas dan realitas dalam mengusahakan pertanian organik. Dan rasanya diskusi tidak beranjak dari sana, bahwa pertanian organik pun dari dirinya sendiri mesti melakukan otokritik, sebab agrobisnis bisa memenuhi syarat untuk mampu bersaing, terutama dengan harga murah dan tersedia jumlah besar. Sementara pertanian organik masih menuntut harga tinggi, seperti penghargan pada karya manusia dan sikap meninggalkan mereka yang tak mau mengerti usaha pertanian organik. 

Sikap kemandirian sebagai bangsa amat dibantu oleh hadir dan berkembangnya gerakan pertanian organik. Itu pula yang selayaknya didukung, apalagi sistem ini sekaligus menjaga kelestarian lingkungan. Jalan mengembangkan masih jauh, dan diharapkan menjadi alternatif pertanian efisien dan kompetitif pada pasar internasional, selain juga ramah lingkungan. 

Dalam hal ini, didukung usaha riset dan pengembangan-yang boleh dikatakan secara serius sebetulnya sudah ditangani lembaga swadaya masyarakat semacam Yayasan Bina Sarana Bakti di Cisarua, ataupun di berbagai tempat lain, termasuk mereka yang mengembangkannya secara serentak dalam melihat peternakan sebagai partner in progress pertanian organik- jalan yang ditempuh petani berkaki telanjang-organik memang masih panjang, sudah kalah duluan dengan tanduk kambing. Akan tetapi, ketika semua soal, semua penyakit, semua persoalan yang sifatnya federatif muncul pada era reformasi, era sekarang adalah kondusif. Sebaliknya juga, dari segi lain, ketika perekonomian kita semakin terpuruk, proses menjadi bangsa yang mandiri kelihatannya akan semakin panjang.
</TEXT>
</DOC>
<DOC>
<DOCNO>kompas031003</DOCNO>
<TITLE>Tragedi Petani dan Involusi Kebijakan Pertanian</TITLE>

<TEXT> 

Di balik berita kekeringan dan gagal panen yang dialami ribuan petani Indonesia akhir-akhir ini, sejatinya tersimpan tragedi yang jauh lebih dalam dan tragis. Peminggiran pembangunan sektor pertanian yang telah dilakukan selama 30 tahun menempatkan para pelaku di sektor pertanian (petani) dalam kondisi yang hampir "sekarat". 

Di luar angka yang ditunjukkan dalam statistik pertanian selama ini, misalnya fluktuasi ekspor-impor, pertumbuhan negatif, dan penurunan produktivitas, sebenarnya sektor pertanian mengalami proses pembusukan akut. Masalah serius yang menggelayut di sektor pertanian kian menumpuk, di antaranya kepemilikan lahan yang kian mengecil, akses terhadap input yang kian mahal, biaya transaksi yang terus melambung, dan kelembagaan ekonomi yang tidak pernah berpihak kepada petani. Lantas, apa makna Sensus Pertanian 2003 yang dilakukan Agustus lalu di tengah situasi "kehancuran" sektor pertanian itu?

Tahun 2000/2001 saya pernah melakukan penelitian terhadap rumah tangga petani kecil (small farm households) yang memiliki lahan di bawah satu hektar. Meski survei itu mengambil studi kasus di dua desa di Kabupaten Malang, tetapi dengan sedikit melakukan generalisasi rasanya hal itu bisa mewakili keseluruhan karakteristik rumah tangga petani kecil di Pulau Jawa. Salah satu temuan mengejutkan dari studi empiris itu ternyata sekitar 80 persen pendapatan rumah tangga petani kecil berasal dari kegiatan di luar sektor pertanian (non-farm).

Pekerjaan non-farm itu antara lain menjadi kuli bangunan, ojek, membuka toko, sektor informal, dan sebagainya. Jadi, secara formal pekerjaan mereka adalah petani, tetapi secara faktual tidak lagi hidup dari sektor pertanian (on-farm). Dalam kategori seperti ini sebenarnya bisa dikatakan tidak ada lagi "masyarakat petani", yakni mereka yang bekerja di sektor pertanian dan kebutuhan hidupnya dicukupi dari kegiatan itu.

Celakanya, struktur petani di Indonesia didominasi pemilik lahan sempit itu. Hasil penelitian Departemen Pertanian tahun 2000 menunjukkan, 88 persen rumah tangga petani hanya menguasai lahan sawah kurang dari 0,5 hektar. Dengan luas lahan ini, petani hanya mendapatkan keuntungan semusim berkisar antara Rp 325.000 hingga Rp 543.000 atau hanya Rp 81.250 hingga Rp 135.000 per bulan (Kompas, 21/5). Jika setiap rumah tangga petani memiliki anggota keluarga lima orang, pendapatan per kapita komunitas petani hanya sekitar Rp 25.000 per bulan, setara dengan Rp 300.000 per tahun (pendapatan ini lebih rendah dari tingkat upah minimum per bulan yang diterima tenaga kerja di sektor formal). Dengan begitu, angka-angka itu tidak saja mendeskripsikan kecemasan akan kualitas hidup yang jauh dari layak, tetapi juga menyiratkan betapa proses "kematian" sebentar lagi akan menyergap pelaku ekonomi di sektor pertanian.

Kondisi yang lebih menyesakkan juga saya jumpai dalam penelitian yang masih berlangsung hingga kini (tentatif). Studi empiris yang saya kerjakan terhadap petani tebu di Jawa Timur menunjukkan, penyebab inefisiensi di tingkat petani bukan semata karena tingginya biaya produksi maupun rendahnya produktivitas, tetapi akibat besarnya biaya transaksi yang harus dipikul petani. Biaya transaksi yang per definisi bisa dipahami sebagai seluruh ongkos yang timbul karena pertukaran dengan pihak lain ternyata proporsinya mencapai 60 persen dari total biaya yang dikeluarkan petani tebu.

Biaya transaksi itu meliputi "manipulasi" rendemen, tetes tidak terbagi, pajak lahan, inefisiensi TMA (tebang-muat- angkut), sabotase bagi hasil, bunga kredit, lama antre giling, dan lain-lain. Praktik yang sama juga dialami petani lain, semacam petani cengkeh, tembakau, cokelat, dan teh. Singkatnya, tragedi itu terus berlangsung dan tidak ada tanda-tanda bakal usai hingga kini.

Menyikapi persoalan genting itu, tampaknya pemerintah hingga kini belum mengeluarkan kebijakan yang sebanding dengan besar masalah. Bahkan yang mengemuka akhir-akhir ini, kebijakan pemerintah terkesan mempercepat proses kematian sektor pertanian (involusi kebijakan). Dalam perdagangan internasional, pemerintah banyak meliberalisasi pasar produk pertanian, padahal aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) masih memberi kesempatan pemerintah untuk melindungi pasar domestik.

Adapun untuk subsidi, telah lama subsidi input dikurangi dengan sangat drastis oleh pemerintah, padahal negara-negara maju masih memberi subsidi sampai 300 miliar dollar AS tiap tahun kepada sektor pertanian (The New York Times, 2/12). Berita paling mutakhir mengabarkan Konferensi Tingkat Menteri V WTO di Meksiko gagal menghasilkan konsensus apa pun mengenai pengurangan hambatan dalam perdagangan produk pertanian (Kompas, 16/9). Hal ini terjadi karena negara maju, seperti AS, Uni Eropa, dan Jepang, menolak untuk memangkas secara drastis subsidi ekspor dan subsidi jenis lain yang selama ini diberikan kepada petani.

Jika pemerintah masih memiliki komitmen untuk memperbaiki kesejahteraan petani, hal yang harus dilakukan adalah segera memberlakukan keadaan "darurat" kepada sektor pertanian sehingga ada tekanan perubahan kebijakan secara radikal.

Pertama, dalam krisis ekonomi berkepanjangan, alokasi anggaran yang diberikan kepada sektor ekonomi yang dihuni paling banyak penduduk (45 persen dari total tenaga kerja bekerja di sektor pertanian) akan menisbahkan manfaat yang berarti. Jika alokasi anggaran negara (APBN) itu dibelokkan sebagian besar ke sektor pertanian, stimulus ekonomi yang terjadi bakal langsung berdampak ke sektor ekonomi yang nyaris karam. Langkah ini lebih kredibel dibanding pemerintah secara beruntun menggunakan anggaran negara untuk kepentingan lima persen penduduk yang tidak pernah menjadi dewasa karena terus disuapi selama puluhan tahun.

Kedua, membenahi kelembagaan ekonomi sektor pertanian yang selama ini selalu menempatkan petani sebagai "pecundang". Secara praktis kelembagaan ekonomi itu berbicara mengenai aturan main yang memungkinkan tiap pelaku ekonomi bisa menjalankan proses transaksi secara sepadan dan menjamin kepastian (institutional arrangement). Muara perbaikan kelembagaan ekonomi ini adalah menurunkan biaya transaksi yang harus ditanggung petani sehingga bisa mendonorkan efisiensi secara keseluruhan. Agenda lain yang tidak kalah penting, memutus peran rents-seekers yang kerap beroperasi dalam sektor pertanian, seperti pedagang besar yang mengijon tanaman dan tengkulak yang menutup akses petani ke pasar. Pendeknya, kelembagaan ekonomi merupakan penggerak utama (prime mover) yang akan mempertemukan tiap pelaku ekonomi (pertanian) dalam proses interaksi yang sederajat sehingga tidak berakibat terjadinya eksploitasi satu pihak atas pihak lainnya yang lebih lemah.

Ketiga, sudah selayaknya dibentuk bank pertanian yang khusus melayani kebutuhan finansial sektor pertanian. Secara praktis mungkin pemerintah tidak harus membentuk bank baru, tetapi bisa mengalihfungsikan peran bank perkreditan rakyat yang selama ini belum fokus kepada pembelaan pelaku ekonomi kecil (sektor pertanian). Dalam implementasinya bank pertanian itu tidak hanya memfasilitasi kredit petani, tetapi juga membantu keuangan bagi pelaku ekonomi yang mengolah maupun mendistribusikan barang pertanian. Misalnya, kasus kredit petani, selama ini yang dikeluhkan prosedur kredit amat rumit dan tidak bisa cair pada saat dibutuhkan. Sementara praktik agrobisnis, industri pengolahan sering mengalami kesulitan untuk merenovasi mesinnya karena hambatan kapital (seperti kasus industri gula).

</TEXT>
<AUTHOR>Ahmad Erani Yustika</AUTHOR>
<DATE>03-10-2003</DATE>
</DOC>
<DOC>
<DOCNO>kompas050802</DOCNO>
<TITLE> Petani Riau Mulai Beralih ke Pertanian Organik </TITLE>

<TEXT>

Pekanbaru, Kompas - Sistem pertanian organik mulai banyak diminati petani di Provinsi Riau seiring dengan semakin tingginya biaya sarana produksi pertanian. Selain ramah lingkungan, sistem pertanian terpadu ini diyakni mampu meningkatkan kesejahteraan petani secara signifikan. 

"Semula kami tidak percaya dengan sistem ini. Namun, setelah mendapat penyuluhan dan bimbingan dari petugas lapangan, petani di sini sudah percaya 200 persen," ujar Rasmi (48), petani cabai yang ditemui dalam acara pekan pemberdayaan masyarakat Riau yang diselenggaran PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) di Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Riau, Sabtu (3/8). 

Selain Rasmi, terdapat sekitar 750 keluarga petani di Riau yang menerapkan sistem pertanian organik. Sebelum beralih ke pertanian organik, mereka mengikuti pelatihan yang diselenggarakan PT RAPP selama dua pekan, kemudian mendapat bimbingan oleh sekitar 30 sarjana pertanian yang direkrut PT RAPP sebagai petugas lapangan. 

"Dulunya kami nelayan dengan penghasilan tidak tetap. Sekarang pekerjaan itu kami tinggalkan dan bersama masyarakat lainnya mengolah lahan dengan sistem pertanian organik. Penghasilan dari tanaman cabai saja sekitar Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta sebulan," ujar Rasmi, petani dari Desa Langgam, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan. 

Keberhasilan Rasmi mengolah lahan podzolik merah kuning menjadi lahan yang subur dengan menggunakan kompos mendapat pujian dari Menteri Negara Lingkungan Hidup Nabiel Makarim. "Keberhasilan dari daerah ini akan saya sampaikan ke daerah-daerah lain agar bisa dijadikan contoh," kata Makarim yang hadir memberi penghargaan kepada petani dan institusi terbaik dalam menerapkan pertanian organik. 

Direktur Program Pemberdayaan Masyarakat Riau (PPMR) PT RAPP Ir H Elyas menjelaskan, perusahaannya dalam setahun melatih petani dalam 12 angkatan. Setiap angkatan dalam program yang telah berlangsung tiga tahun ini, dilatih 25-30 petani agar taraf hidupnya dapat ditingkatkan. 

"Program ini ditujukan kepada petani marjinal di sekitar lokasi hutan dan pabrik PT RAPP. Kami akan bimbing mereka hingga menjadi petani mandiri hingga sejahtera. Ini juga salah satu solusi untuk mengatasi pencurian kayu oleh masyarakat di wilayah ini," kata Elyas. 

Dirut PT RAPP Ibrahim Hasan menambahkan, program pemberdayaan ini merupakan komitmen perusahaannya untuk membangun masyarakat petani yang selama ini berada pada posisi yang tidak menguntungkan. 
</TEXT>
<AUTHOR>(RUS) </AUTHOR>
<DATE>Senin, 5 Agustus 2002 </DATE>
</DOC>
<DOC>
<DOCNO>kompas081203</DOCNO>
<TITLE>Mutu Pangan Organik </TITLE>

?? 快捷鍵說明

復制代碼 Ctrl + C
搜索代碼 Ctrl + F
全屏模式 F11
切換主題 Ctrl + Shift + D
顯示快捷鍵 ?
增大字號 Ctrl + =
減小字號 Ctrl + -
亚洲欧美第一页_禁久久精品乱码_粉嫩av一区二区三区免费野_久草精品视频
日韩一区二区高清| 91精品婷婷国产综合久久| 欧美一卡2卡三卡4卡5免费| 日本一区二区成人| 日本伊人午夜精品| 91国偷自产一区二区开放时间| 欧美大片日本大片免费观看| 一区二区三区.www| 国产91对白在线观看九色| 日韩亚洲欧美高清| 亚洲大片精品永久免费| 99久久精品情趣| 久久久久久久久蜜桃| 丝袜亚洲精品中文字幕一区| 91欧美激情一区二区三区成人| 久久综合国产精品| 蜜桃av噜噜一区| 欧美日韩和欧美的一区二区| 亚洲欧洲三级电影| 成人午夜视频在线| 国产日韩综合av| 久久精品国产精品青草| 欧美福利视频导航| 亚洲国产精品久久久久秋霞影院 | 亚洲成人午夜影院| 97se狠狠狠综合亚洲狠狠| 久久久久久久久久看片| 精品一区二区三区av| 91精品免费在线| 午夜精品爽啪视频| 欧美日韩一区三区| 亚洲国产一区二区三区青草影视| 中文字幕一区在线| 懂色av噜噜一区二区三区av| 久久久噜噜噜久久中文字幕色伊伊 | 欧美日韩一区不卡| 亚洲精品菠萝久久久久久久| 91麻豆高清视频| 亚洲蜜桃精久久久久久久| 91蜜桃免费观看视频| 亚洲欧洲精品一区二区三区不卡 | 日韩专区欧美专区| 欧美精品第一页| 日韩中文字幕91| 91.com视频| 久久精品国产色蜜蜜麻豆| 欧美第一区第二区| 国产一区二区免费看| 久久久精品人体av艺术| 国产a精品视频| 国产精品三级视频| 91毛片在线观看| 亚洲综合在线视频| 欧美日韩中文国产| 午夜视频一区二区| 欧美一级电影网站| 国产一区二区视频在线| 久久精品夜色噜噜亚洲aⅴ| 国产成人亚洲综合a∨猫咪| 国产精品情趣视频| 91麻豆免费看| 亚洲 欧美综合在线网络| 91麻豆精品国产91久久久久| 精品一区二区三区久久久| 欧美国产国产综合| 色婷婷综合久久久久中文| 亚洲bt欧美bt精品| 精品剧情v国产在线观看在线| 国产伦精品一区二区三区免费| 国产精品色婷婷久久58| 91成人免费电影| 日韩电影在线观看电影| 久久久亚洲精华液精华液精华液| 成人av免费在线观看| 亚洲国产毛片aaaaa无费看 | 欧美三级日本三级少妇99| 日本欧美在线看| 久久久久久毛片| 色综合亚洲欧洲| 琪琪久久久久日韩精品| 亚洲国产高清aⅴ视频| 一本久久a久久精品亚洲| 视频一区二区三区中文字幕| 久久久精品免费免费| 在线一区二区三区四区| 美国毛片一区二区| 国产精品电影一区二区三区| 欧美日韩国产片| 国产精品一区二区久久精品爱涩| 亚洲人成网站影音先锋播放| 美女视频一区二区| 亚洲欧洲韩国日本视频 | 国产成人三级在线观看| 一区二区三区四区av| 欧美xxxxx牲另类人与| 91免费视频大全| 免费成人美女在线观看.| 国产精品美女久久久久久久久久久| 在线免费精品视频| 国产精品一区二区黑丝| 亚洲一二三四在线观看| 国产片一区二区三区| 欧美日韩一级二级| 成人一区二区在线观看| 亚洲国产人成综合网站| 亚洲国产精品99久久久久久久久| 欧美日本在线播放| voyeur盗摄精品| 久久国产精品区| 亚洲午夜精品一区二区三区他趣| 久久精子c满五个校花| 精品视频1区2区3区| 不卡视频免费播放| 久久国产成人午夜av影院| 一区二区三区四区视频精品免费 | 欧美精品xxxxbbbb| av高清久久久| 国产毛片精品视频| 舔着乳尖日韩一区| 亚洲日本免费电影| 久久久综合视频| 日韩视频一区二区在线观看| 91美女片黄在线观看91美女| 国产mv日韩mv欧美| 精品在线免费观看| 午夜视频一区二区三区| 亚洲精品欧美综合四区| 久久精品欧美日韩精品| 日韩欧美三级在线| 欧美日韩成人综合在线一区二区| 91浏览器入口在线观看| 成人午夜大片免费观看| 国产在线视频精品一区| 奇米精品一区二区三区四区| 亚洲一区二区三区影院| 亚洲手机成人高清视频| 国产欧美一区二区三区在线看蜜臀| 91精品一区二区三区久久久久久| 色婷婷综合久久久久中文| 99国产精品一区| 成人午夜视频福利| 国产a区久久久| 国产成人自拍网| 国内精品伊人久久久久av影院| 蜜臀久久99精品久久久画质超高清 | 欧美日韩日本视频| 欧美无人高清视频在线观看| 一本色道久久综合亚洲aⅴ蜜桃| 成人av资源在线观看| 国产成人在线视频网站| 国产在线视频不卡二| 久久99国产精品久久99果冻传媒| 日韩专区一卡二卡| 日韩精品三区四区| 奇米色一区二区三区四区| 日韩在线一区二区| 日日夜夜精品视频免费| 三级成人在线视频| 免费视频最近日韩| 精品三级在线观看| 久久亚洲一区二区三区四区| 精品国产亚洲一区二区三区在线观看| 日韩一区二区在线观看视频| 日韩精品中文字幕一区 | 色综合中文字幕国产 | 2020国产成人综合网| 亚洲精品一区二区三区四区高清 | 一本大道av一区二区在线播放| 91视频观看免费| 91国在线观看| 欧美日韩国产片| 日韩欧美www| 久久久久久久网| 国产精品电影一区二区| 一区二区三区四区激情| 五月天激情综合网| 久久成人免费网| 国产二区国产一区在线观看| 成人h动漫精品一区二| 91丨porny丨户外露出| 欧美三级中文字幕在线观看| 日韩一区二区影院| 久久综合久久鬼色| 1000部国产精品成人观看| 亚洲一区二区高清| 蜜桃91丨九色丨蝌蚪91桃色| 国产精品系列在线观看| 色综合久久天天| 欧美一区二区视频在线观看2020| 26uuu精品一区二区| 国产精品乱子久久久久| 亚洲午夜精品一区二区三区他趣| 日本免费在线视频不卡一不卡二| 国产一区在线观看视频| 99精品视频一区二区三区| 欧美丰满少妇xxxxx高潮对白| 日韩欧美国产精品| 中文字幕中文字幕在线一区| 亚洲国产精品影院| 国产一区二区三区av电影 |